Bikin Mulut Kering, Merokok Tingkatkan Risiko Karies Gigi



POKER_OK - Aktivitas merokok jangka panjang diketahui memiliki banyak efek negatif bagi tubuh, terlebih pada rongga mulut. Salah satunya menyebabkan penyakit karies gigi.

Sejatinya, tubuh memiliki kelenjar air ludah yang memproduksi saliva atau air ludah. Saliva ini memiliki buffering capacity atau kemampuan menetralisir asam yang ada di mulut. Jika produksi saliva normal, maka risiko halitosis, dan karies cenderung rendah.

"Tetapi jika mulutnya kering, yaitu karena produksi saliva yang rendah karena antara lain aktivitas merokok jangka panjang,  itu lebih mudah  terkena karies karena kuman nggak ada yang menghambat pertumbuhannya," ujar Dr drg R Wasis Sumartono, ditemui usai sidang promosi doktornya di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, seperti ditulis Minggu (26/7/2015).

Di dalam rongga mulut kita terdapat kuman yang hidup dan berkembangbiak. Kuman tersebut dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang bersifat sangat lengket. Akibatnya kuman melekat pada gigi sehingga plak semakin tebal.

"Misalnya kita sebelum tidur tidak menggosok gigi, maka akan tertinggal sisa-sisa makanan dan minuman yang manis di dalam mulut. Kuman inilah yang akan memakan sisa-sia makanan tersebut. Lalu kuman akan memfermentasi sisa-sisa makanan ini dan memproduksi asam," terangnya.

Asam yang diproduksi kuman ini merupakan penyebab dari halitosis atau bau mulut. Jika seseorang sudah terkena halitosis, maka akan lebih berisiko terkena karies.

Baca juga: Riset UI: Kebiasaan Merokok Tingkatkan Risiko Karies Gigi

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme si dalam mulut. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya, sehingga menyebabkan terbentuknya gigi berlubang.

Selain itu, berkurangnya produksi saliva juga mempengaruhi sensitivitas lidah terhadap rasa. Lebih lanjut, drg Wasis menjelaskan bahwa pada orang normal, jika lidah mendeteksi rasa, secara refleks, air ludah akan diproduksi. Namun pada orang dengan halitosis, misalnya ketika mengonsumsi makanan manis maka akan terasa kurang manis karena produksi air ludah berkurang. Begitu juga dengan rasa laainnya.

Namun hal ini masih dapat dihindari dengan sesegera mungkin menghentikan kebiasaan merokok. Dari ilmu patologi anatomik, disebutkan bahwa secara umum tubuh memiliki kemampuan recovery yang baik. Namun, kemamouan ini akan berkurang ketika infrastrukturnya sudah rusak terlalu parah, tambah drg Wasis. Jika seorang perokok berhenti merokok, maka lambat laun tubuh akan kembali normal. Begitu juga dalam konteks saliva. Lambat laun produksinya akan normal kembali.

Selain itu, jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, halitosis juga bisa menjadi penyebab vokal infeksi, yaitu infeksi yang terjadi di tempat yang jauh dari gigi.

"Misalnya ada gigi yang busuk, gigi yang busuk kan jadi sarang kuman. Kuman itu suatu saat bisa keluar dari gigi dan masuk ke dalam tulang. Di dalam tulang terdapat pembuluh darah yang fungsinya saling terkait satu sama lain. Jika ada kuman di dalam pembuluh darah, maka kuman tersebut bisa masuk ke jantung dan dapat menyebabkan radang otot jantung, " tambahnya.

Dengan menghentikan kebiasaan merokok, drg Wasis meyakini dapat mengurangi risiko terserang karies dan berbagai penyakit lainnya. "Secara umum, kapanpun seorang perokok berhenti pasti ada manfaatnya," tutupnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bikin Mulut Kering, Merokok Tingkatkan Risiko Karies Gigi"

Posting Komentar